Aku Mohon Doa Restumu, Ibu
Ibu, aku pun percaya bahwa tidak ada usaha yang keras itu sia-sia.
Aku mengerti tentang perjuangan yang engkau lakukan untuk membesarkan
dan mendidik sampai aku dewasa seperti saat ini. Aku tentu tidak
melupakan hal itu sedikit pun. Sebab aku tidak mau dicap jadi anak yang
melupakan perjuangan orang yang sangat berharga dalam hidupku; yaitu
Ibu.
Aku tidak mempunyai kekuatan seperti Ibu di saat melahirkanku di
dunia ini. Ada kalanya aku terjatuh agar aku tahu bahwa tidak semudah
memperjuangkan mimpi-mimpiku di sini. Seakan seperti ada tembok yang
besar menghalangi ku menuju ke sana, Bu. Seperti ada ranjau yang ditanam
di dalam tanah-tanah itu. Ternyata seperti itu dulu engkau
memperjuangkan aku.
Bukan hanya sampai di situ, Bu. Untuk menuju ke sana aku pun mendapat
cacian, cibiran dan mereka menertawaiku dengan mimpi-mimpi yang aku
susun sedemikian rapi. Tapi, aku bukan laki-laki yang pengecut
meninggalkan mimpi-mimpi itu demi omongan mereka!
Aku tumbuh dewasa dan kuat saat ini karena mu, Bu. Mungkin engkau
mewariskan kepadaku sabar dan kuat seperti dirimu. Engkau sosok yang
selalu menjadi sumber inspirasiku, setiap tetesan air mata yang keluar
dari sudut mata ini selalu menjadi kesedihanmu. Engkau yang pertama yang
mengetahui betapa rapuhnya aku, walaupun mereka melihatku tegar dan
selalu tersenyum. Maafkan aku yang saat ini sering meninggalkanmu demi
mimpi-mimpi yang aku raih. Lelahmu tak pernah sekalipun engkau tunjukkan
padaku, engkau tetap bekerja di usiamu yang semakin senja. Tanpa merasa
lelah engkau terus mengajariku.
Menjalani hari-hari sendiri ternyata tak mudah untuk ku lalui.
Terkadang aku harus bersusah payah mengusir sepi. Tak ada Ibu; tempatku
berkeluh kesah. Dan tak ada pangkuanmu; tempat menumpahkan air mata saat
ada masalah. Bahkan ketika aku tahu engkau sedang sakit dan aku tak ada
di sana. Ah, itu membuatku benar-benar resah dan ingin marah.
Haruskah aku menyesali keputusanku untuk hidup sendiri seperti ini,
Bu? Tapi bukankah ini juga merupakan mimpimu? Setidaknya aku sedikit
lega karena bisa membuatmu sedikit bangga. Walau kini aku tak berada di
sampingmu, tapi kau selalu ada di dalam hatiku. Kau selalu menemani
hari-hariku bersama doa-doamu yang senantiasa kau panjatkan untukku di
sepertiga malam-malammu.
Ibu, jika nanti aku pun sudah menuntaskan studiku di sini,
izinkan aku melanjutkan studiku selanjutnya disini lagi. Ini mimpiku; bisa menjadi dosen di perguruan tinggi yang aku mau. Mungkin ini tidaklah mudah untuk
aku wujudkan, tapi dengan restu dan doamu, Allah pun ikut serta
merestuiku. Akan ku naikan kepala ini demi mimpiku!
Mungkin kau akan bertanya, “Apa aku akan sukses?” Aku tahu pertanyaan
itu selalu tersirat di benakmu. Tapi percayalah, aku ini sedang
berusaha keras untuk menggapai semua keinginan dan cita-cita yang kau
harapkan. Tak usah kau hiraukan kata-kata orang di luar sana karena
sejatinya mereka hanyalah manusia yang sedang beruntung karena
dianugerahkan otak yang cerdas dan materi yang melimpah. Mungkin bagi
mereka kesuksesan akan mudah didapat, tapi siapa yang tahu takdir esok?
Tak akan ada yang tahu, Bu.
Tidak ada komentar