Kerja Keras Sang Ayah
Ayah, aku tahu engkau sedang berbohong demi keinginan-keinginanku. Aku pun juga tahu engkau sedang tidak enak badan, tetapi engkau bersikukuh untuk berangkat kerja. Demi biaya pendidikan anak-anakmu.
Masih teringat jelas di kepalaku ketika ayah bilang, “Ayah tidak mau
anak-anakku seperti ayah kelak”. Hati ini terasa tak karuan, menangis
ketika engkau mengucapkannya. Dalam hatiku bilang, “Semoga Allah selalu
melindungi di setiap langkahmu”.
Pernah sekali aku menyalahkanmu atas apa yang terjadi dalam hidupku.
Aku sadar engkau menangis saat aku terbangun sejenak dari tidur lelapku.
Terbayang kerja keras yang engkau lakukan dan letih yang tersimpan
untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhanku. Seakan tak tahu apa yang
akan terjadi apabila diri ini tanpamu. Tak ingin rasanya kehilanganmu
dari sisiku.
Ayah, kini aku telah dewasa. Tumbuh menjadi seorang lelaki
mandiri yang juga tidak dapat melupakan kasih sayang keluarga. Engkau
ajarkan aku menjadi seorang yang siap menjalani kerasnya hidup tanpa
melupakan kelembutan hati. Engkau ajarkan aku bagaimana menjadi pribadi
yang kuat tanpa melupakan bahwa setiap orang punya kelemahan. Engkau
buat aku berdiri di jalan yang penuh dengan hambatan dan rintangan, agar
aku dapat menaklukkan kerasnya kehidupan. Engkau jadikan aku pemimpin
yang sanggup memimpin dirinya di saat aku jauh denganmu.
Dan yang jauh lebih penting dari itu semua adalah engkau membuat aku
merasa bangga atas semua yang telah engkau lakukan untukku. Aku selalu
berdoa, “Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik dan ada balasan
setimpal terhadap apa yang engkau lakukan untuk anak-anakmu”. Di setiap
detak yang terjadi dalam nadi dan jantungku, hatiku berkata “Terima
Kasih Ayah”.
Tidak ada komentar